Nasihat Penting untuk Kita

Beberapa poin penting nasihat Ustadz Sofyan hafizhahullah untuk kita di sela-sela beliau mengajar kami:

Pertama, di antara nasihat beliau yang paling penting adalah bahwa kita hendaknya semangat menuntut ilmu pada saat masih muda karena dalam majelis ilmu beliau terdapat adik-adik yang masih SMP dan SMA.

Ungkapan menarik beliau kutip:

“Menuntut ilmu pada waktu dewasa ibarat mengukir di atas batu, menuntut ilmu pada waktu tua ibarat mengukir di atas air”

Maksudnya ketika kita menuntut ilmu pada saat kecil diibaratkan dengan mengukir batu. Susah tetapi membekas hingga lama. Sedangkan ketika kita menuntut ilmu sudah dewasa akan mudah masuk tetapi juga mudah hilang. Ujungnya, menyesal ketika sudah dewasa atau tua.

Kedua, contoh ulama salaf yang semangat menuntut ilmu dari kecil adalah Imam Syafi’i rahimahullah. Karena kecerdasan dan luasnya ilmu (dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala) beliau rahimahullah menjadi mufti di Mekah pada saat masih muda sekali.

Imam Syafi’i rahimahullah memiliki kecerdasan dan ketajaman hafalan yang luar biasa. Beliau rahimahullah menghafal kitab al-Muwatho’ karya Imam Malik rahimahullah (salah satu guru Imam Syafi’i) dalam satu malam.

Ketiga, jauhilah maksiat agar kita dimudahkan Allah dalam menuntut ilmu, terutama dalam hal menghafal. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata:

“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

Padahal Imam Syafi’i adalah orang yang hafalannya sangat luar biasa.

Keempat, penuntut ilmu janganlah sombong. Seperti sudah dituliskan dalam poin ketiga, Imam Syafi’i rahimahullah menyebut dirinya jelek dalam hafalan, padahal beliau hafal Al-Qur’an sejak masih kecil, bisa menghafal kitab al-Muwatho’ dalam satu malam, belum lagi hafalan-hafalan yang lainnya. Betapa kerendahan hati beliau patut kita contoh.

Kelima, dikatakan berilmu jika ilmu itu sudah masuk ke dalam hati, tidak berada (masih) dalam bentuk buku. Maksudnya ilmu itu harus dihafal dan dipahami.

___

@ Pakintelan, Gunungpati, Kota Semarang
Jum’at, 22 Muharram 1436 H/14 November 2014 M

Manfaatkan Potensi yang Diberikan oleh Allah

Ketika menyampaikan materi mengenai I’rab Nashab, Ustadz Sofyan hafidzahullah menyelingi materi dengan memberikan masukan atau nasihat kepada kami (penuntut ilmu pada umumnya). Hendaknya seorang penuntut ilmu (semua bidang ilmu) dalam menuntut ilmu memadukan 3 potensi yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada setiap manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 78:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Dari ketiga potensi yang diberikan oleh Allah, potensi yang utama dalam menuntut ilmu adalah pendengaran. Banyak yang mudah menghafal dan mengingat akan materi karena seringnya mendengar. Maka ketika membaca (potensi penglihatan juga tergunakan) hendaknya sambil mengeraskan suara agar telinga kita mendengar apa yang kita baca. Kemudian, baru hati akan merasakan.

Maka, beliau ketika mengajar selalu mengawalinya dengan mengetes secara lisan materi-materi yang telah lalu. Harapannya, para murid beliau terbiasa mendengar materi-materi yang telah disampaikan sehingga akan ingat dan hafal serta paham.

[Malunya] Mau Menasihati

Agama Islam berdiri tegak di atas upaya saling menasihati, maka harus selalu saling menasihati di antara masing-masing individu muslim.

Yang menasihati belum tentu lebih baik dari yang dinasihati, tapi sedang berupaya untuk berbuat baik.

Menasihati kepada orang dekat malah lebih sulit. Sulit karena dihinggapi rasa tidak enak. Rasa malu.